TEKNIK FOTOGRAFER PROFESIONAL


MENGUAK RAHASIA TEKNIK FOTOGRAFER PROFESIONAL


Pemahaman mengutak-atik exposure triangle adalah “rahasia besar” keahlian seorang fotografer profesional, untuk kamera manual maupun digital (kita fokus pada yang digital aja yahh…)
Exposure adalah jumlah cahaya yang masuk ke dalam medium fotografis kamera (negatif film pada kamera manual dan sensor gambar pada kamera digital) saat pengambilan gambar.
Apabila jumlah cahaya yang masuk ke medium fotografis terlalu banyak, foto menjadi terlalu terang istilahnya overexposure, apabila terlalu sedikit foto menjadi terlalu gelap istilahnya underexposure, dan apabila foto sesuai dengan yang kita inginkan disebut dengan optimal exposureExposure Value (EV) adalah angka yang digunakan untuk mengetahui jumlah cahaya yang masuk.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi sedikit banyaknya jumlah cahaya yang masuk adalah ApertureShutter Speed dan ISO. Ketiga-tiganya saling terkait satu sama lain dan tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga sering disebut dengan Exposure Triangle.

Nah, yang paling kerennya lagi nih, kalau dah benar-benar nguasain ketiganya, bisa menciptakan foto-foto tricky yang dahsyat, seperti di bawah ini:



Exposure Triangle
Aperture
Aperture adalah lubang/lingkaran di bagian depan kamera yang bekerja sama dengan shutter (diapraghma) untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk pada sensor gambar. Semakin besar diameter lubangnya semakin besar pula cahaya yang masuk. Selain mengatur cahaya yang masuk, aperture juga berfungsi untuk mengatur Depth of Field (DoF) (hadehh apa pulak DoF nie…? sabar yaaa.. ^_^).
Simbol ukuran besar kecilnya aperture adalah f-number atau f-stops, semakin besar f-number berarti semakin kecil diameter lubang (gambar 9)
Depth of Field (DoF)
DoF biasanya diterjemahkan dengan ruang tajam. Maaf, coba ambil pensil atau benda kecil yang lain, pegang dan letakkan kira-kira 30 cm di depan mata. Sekali lagi maaf (soalnya saya nyuruh-nyuruh nih >.< ), sekarang belalakkan mata anda menatap pensil tersebut (kira-kira 3 detik), kemudian picingkan mata anda sambil terus menatap benda itu.
Saat anda membelalakkan mata anda “gambar yang terlihat mata” disebut dengan ruang tajam lebar, dan saat anda memicingkan mata anda gambar yang terlihat disebut ruang tajam sempit. Saat anda memicingkan mata pensil akan terlihat lebih tajam atau lebih fokus, ya kan? Nah, itulah yang dimaksud dengan DoF, gampang memahaminya kan?
semakin kecil angka f-stops semakin tajam DoF-nya, dan sebaliknya (gambar10). Background gambar kuda sebelah kiri lebih kabur daripada gambar yang di sebelah kanan. Trik ini sangat baik untuk foto close-up dan makro.

Animasi Aperture Effect
Shutter Speed
Shutter speed biasanya diterjemahkan dengan kecepatan rana. Shutter speed berfungsi untuk mengatur berapa lama sensor gambar terekspos cahaya yang masuk dalam satuan detik. Trik freez effect (gambar 5 dan 6) menggunakan shutter speed yang sangat cepat. Gambar bilah helikopter sebelah kiri terlihat kabur pada shutter speed 1/100 detik, sedangkan gambar sebelah kanan bilah terlihat seakan-akan berhenti (Gambar 13).
ISO
ISO (International Standard Organization) merupakan istilah yang digunakan untuk menentukan sensifitas sensor film pada kamera digital. Istilah ini berasal dari jaman kamera manual untuk menyebutkan sensifitas emulsi kimia film terhadap cahaya (ASA) dimana satuannya adalah ISO dalam angka tertentu, ISO 100, 200, 400, 800, 1600, 3200 hingga 6400, tidak tertutup kemungkinan akan bertambah lagi. Namun istilah ISO masih digunakan hingga di era digital.
Biasanya pengaturan nilai ISO digunakan untuk mengoptimalkan exsposure, apabila settingan aperture dan shutter speed belum memuaskan. Semakin tinggi nilai ISO, semakin tinggi pula sensifitasnya terhadap cahaya. Sayangnya semakin tinggi nilainya efek berpasir (grainy) pada gambar semakin jelas (Gambar 12). Settingan ISO penting dalam fotografi malam, atau objek yang berada di ruangan/lingkungan yang remang-remang. 

 Ok deh… cara cepat untuk benar-benar memahami ketiganya adalah praktek langsung. Ketahui tombol-tombol pengatur ketiganya. Catat masing-masing angka saat pengambilan foto pertama, ubah angka salah satu faktor misalnya angka ISO, ambil foto, ubah lagi, ambil lagi, demikian seterusnya untuk faktor aperture dan shutter speed. Jangan lupa memberikan nama khusus pada tiap-tiap foto sesuai dengan settingan angka, ntar malah kebingungan heheheh.
Sebenarnya catatan settingan telah ada pada file-file tersebut yang bisa terlihat pada LCD kamera atau komputer menggunakan software ACD See atau Photoshop. Kalau memang tau caranya, berarti gak perlu dicatet dong angka-angkanya saat pengambilan foto >.<
Kemudian amati angka-angka ketiga faktor tersebut dan perubahan-perubahan yang terjadi pada hasil foto. Dengan demikian akan mudah memahami pengaruh masing-masing faktor.

Reff: lifestly.Kompasiana.com

Share this article :
 
Copyright © 2012. DESAIN FOTO - All Rights Reserved - Supported by: MENOREH.Net - Media Partner Bisnis